Selasa, 28 Januari 2014
Menguak misteri ’MACAN PUTIH’ Banyuwangi!
Menguak misteri ’MACAN PUTIH’ Banyuwangi!
Masih terpaku kuat di ingatan kita tentang sesosok macan putih yang tiba-tiba muncul pada pengembaraan sang prabu tawangalun dalam perenungannya mencari ketentraman sukma sejati. Tanpa hadirnya sang macan putih itu, mungkin saja saat ini kita tidak mengenal nama besar seperti prabu tawangalun. Dalam cerita dikisahkan sepulang dari kedhawung dan purnanya perang saudara. Mas Senepo hatinya selalu diliputi oleh perasaan sedih dan terpukul sekali karena akibat dari peperangan tersebut beliau kehilangan adik-adiknya yang dicintai, mereka telah gugur ditangannya sendiri. Oleh karena itu, selanjutnya hari-hari Mas Senepo banyak dihabiskan untuk Semedhi/ topo broto di sanggar pamujan ditepian sebelah barat-utara telaga/ rowo bayu untuk memohon ampunan dan petunjuk dari Gusti Kang Amurbo ing Dumadhi (Alloh SWT), setelah mendapatkan petunjuk dari Yang Maha Kuasa dalam topo brotonya selanjutnya Mas Senepo turun gunung melakukan perjalanan kearah timur, sesampainya di gumuk candi sekitar dusun pelantaran beliau bertemu dengan harimau putih besar/ macan putih yang selanjutnya macan putih tersebut menuntun perjalanan Mas Senepo berhari-hari lamanya menyusuri lebatnya hutan belantara. Setelah genap 41(empat puluh satu) hari perjanalanan dengan panduan dari macan putih sampailah di daerah lebak meru di daerah itu konon macan putih memberikan amanat kepada Mas Senepo agar ‘mbabat wono’(membuka hutan) dan mendirikan sebuah kedhaton, setelah selesai memberikan amanat kepada Mas Senepo secara tiba-tiba macan putih kukso(menghilang).
Ditempat menghilannya macan putih itu Mas Senepo mendirikan dan membangun Kedaton yang selanjutnya diberi nama khedaton/ Kerajaan Macan Putih. Khedaton Macan Putih berdiri megah dengan dikelilingi pagar tembok kokoh seluas kurang lebih 60 – 70 hektar, dengan tembok terbuat dari batu merah setebal kurang lebih 3- 4 meter dan di dalam pagar tembok berdiri megah Pendopo Kedaton serta tempat tinggal (pringgitan) untuk rumah tingal sang prabu dan keluarganya, selain itu juga dibangun dua buah sanggar pamujaan antara lain; Sanggar Pamujan “Telanging Menungsu” di peruntukan untuk umum dan Sanggar “Mahkota Romo” terletak didalam tamansari khusus untuk pemujaan Sang Prabu. Masa pemerintahan Mas Senepo sebagi raja di kedhaton macan putih itu yakni tahun(1655 – 1691 Masehi) dan Mas Senepolah raja kedhaton macan putih pertama yang diberi gelar oleh rakyatnya yaitu Prabu Tawangalun. Merujuk pada kisah tersebut, timbul pertanyaan, kemanakah macan putih itu menghilang? Apakah benar macan putih itu hanya hewan biasa yang kebetulan saja ada pada waktu itu? Atau… macan putih itu adalah khodam(penjaga/pengawal ghaib)sang prabu tawangalun? Mengingat pada masa itu sangatlah kental sekali atmosfir ghaib apalagi melihat sang prabu adalah putra dari raja kedhaton kedhawung yang lebih dikenal sebagai Raden Mas Kembar(Ki Ageng Tanpo Uno). Sudah tentu kiranya prabu tawangalun kecil di beri penjaga ghaib oleh sang ayah.
Menarik memang untuk di perbincangkan, setelah bertahun-tahun menyimpan rasa penasaran yang begitu tinggi. Akhirnya saya memutuskan untuk melakukan penelitian mendalam dengan mewawancarai beberapa tokoh adat dan mbah-mbah(orang yang memiliki kekuataan supranatural) baik itu di Banyuwangi ataupun sampai keluar kota, dari data-data dan catatan yang telah saya kumplkan, akhirnya dapat menarik sebuah kesimpulan besar bahwasannya, macan putih waktu itu memang benar-benar ada. Macan putih itu tidak lain dan tidak bukan adalah perwujudan visualisasi kewibawaan, kecerdasan, kebijkasanaan, ketegasan dan keberanian sang prabu tawangalun. Sosok macan putih itu adalah cerminan diri dari sang prabu. Beliau adalah seorang raja dan pemimpin yang kharismatik di segani oleh lawan dan dicintai kawan, layaknya karakter seekor macan yang ditakdirkan sebagai pemimpin. Beliaulah yang selalu berada di depan, dan yang siap berteriak, "Ayo, Maju!" untuk memberangaus segala hadangan yang merintangi tujuannya. Terbukti seperti yang telah terjadi pada kisah perlawanan terhadap penyerangan yang dilakukan oleh Adipati Kedhawung Mas Wilo yang dibantu oleh putranya yakni Mas Wilo Teromo juga Patih Mas Ayu Tunjungsari untuk menyerang kedhaton Bayu Khyangan. Mas Wilo yang tidak lain adalah adik kandungnya sendiri yang terlalu haus akan kekusaan dan iri melihat kesuksesan kakandanya memipin kedhaton Bayu Kahyangan (Rowo Bayu) yang subur, damai, tentram dan seluruh rakyatnya makmur. Walaupun begitu sang prabu tawangalun mengambil keputusan cepat dan tepat demi menjaga kewibawaan dan melindungi rakyatnya dari ancaman penjajahan. Seperti macan memiliki sifat yang mulia dan tidak tebang pilih, macan banyak dihormati karena semangatnya yang pantang mundur, kebijaksanaan, dan kemurahan hatinya yang tak terkira, dan terbukti saat pencarian ketentraman sukma sejati, rakyatnya dengan setia mengikuti kemanapun sang raja yang dicintainya pergi melangkah.. Bahkan musuhnya pun kagum padanya. Prabu tawangalun dikenal sebagai pemimpin dan pejuang yang tangguh, prabu tawangalun akan sangat marah jika didepan matanya beliau melihat kedzoliman dan kesewenang-wenangan terjadi, beliau mampu berdiri di mana pun, kapan pun, dalam kondisi seperti apapun yang menurut pendapat beliau benar.
Meski kadang rakyatnya sulit menerka suasana hati sang prabu yang selalu penuh semangat dan kadang begitu tergesa-gesa. Macan sulit untuk ditolak, sebab macan seolah punya daya magnetis yang sedemikian kuat. Macan bisa bersemangat dan meledak-ledak, namun juga bisa kalem. Lembut hati tapi menakutkan, menyeramkan dalam penampilan, tapi bisa juga lembut dan misterius pada saat-saat yang tak terduga. Macan pada akhirnya sering memilih bekerja sendirian. Prabu tawangalun memang tipe pekerja keras, energetik dan dinamis. Bila beliau mengerjakan suatu tugas, maka pekerjaan itu akan dilakukannya dengan penuh hati-hati, penuh antusiasme, efisien, tegas dalam mengambil keputusan dan pastinya selalu berakhir dengan kesuksesan besar.
Dalam kisah asmara, sang prabu tawangalun juga memiliki karakter yang hampir mirip dengan macan. Macan selalu melibatkan emosional cinta dan sensitifitas tinggi. Macan memang pencinta yang ulung, penuh gairah dan romantis. Apalagi, Macan amat memperhatikan teritorinya, sehingga ia cenderung mencintai dan menjaga sepenuh hati terhadap apapun pun yang 'dimilikinya'. Dalam hal percintaan sang prabu tawangalun tidak terlalu susah meluluhkan hati seorang gadis yang akan di peristri olehnya, karena selain sebagai seorang raja, sang prabu memiliki sifat-sifat dan perilaku yang sangat di dambakan oleh semua wanita, tak ayal prabu tawangalun memiliki dua istri yaitu Dewi Sumekar(Garwo Patmi) dan Kenongo Mijil(Garwo Selir) yang masing-masing dari kedua istrinya memiliki keturunan, dari Dewi Sumekar lahir empat putra; R.Macanopuro, R. Sosro Negoro, R. Gajah Binarong dan R. Kertonegoro. Dan dari Kenongo Mijil lahir enam putra; Mas Dalem Wilo Ludro, Mas Dalem Wilo Tulis, Mas Dalem Wilo Kromo, Mas Dalem Wilo Atmojo, Mas Dalem Wiroguno dan Mas Dalem Wiroyudho.
Menilik pada kisah kejayaan masa pemerintahan prabu tawangalun sang macan putih yang sangat dicintai oleh seluruh rakyatnya. Sampai pada detik ini kita masih menunggu dan mendambakan sosok pemimpin sejati bumi blambangan seperti eyang prabu tawangalun yang berwibawa, memiliki kharismatik yang tinggi, keberaniannya dalam mengambil keputusan, kecerdasaanya memerintah rakyat, menguasai segala medan, mampu membangkitkan semangat kerjasama dengan seluruh lapisan masyarakat dalam pencapaian satu cita-cita bersama yakni kesejahteraan gemah ripah loh jinawi. Kapankah macan putih itu datang kembali pada kita???
Penulis
Dzulfikar Rezky
29-Maret-2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Siiip....
BalasHapusTimur Belambangan
lanjutkan lur penemuan sejarah yang masih bisa di explor,,,semangaaat
BalasHapus