Rabu, 19 Maret 2014

SAWANG SINAWANG DALAM KEGELAPAN

SAWANG SINAWANG DALAM KEGELAPAN Oleh : Dzulfikar Rezky, SH (Mahasiswa Pascasarjana Program Studi Islam Nusantara STAINU Jakarta) Jedaaaarrrrrrrrr... menabrak jalan buntu !!!, sudahlah itu hanya sawang sinawang kehidupan. Setiap kita pasti memilki proses menjalani kehidupan yang berbeda-beda ceritanya, kita selama ini hanya melihatnya seolah-olah dan berandai-andai. Padahal, penipu terulung di dunia ini adalah pandangan seolah-olah dan berandai-andai itu sendiri. Manusia yang tampak diluarnya kuat dan gagah, terkadang kita tahu mereka nampak rapuh dan lemah di balik penampilan diluarnya. Begitu juga sebaliknya, ketika kita melihat orang yang memilki postur kecil lemah dan seolah tidak bertenaga dilain sisi dia memiliki nafsu keangkara murkaan yang sulit dibendung. Seringkali kita hidup dibalik bayang-bayang, mimpi, keinginan, dan ambisi yang dapat dipastikan penjaga pintu gerbang di ujung jalannya kebanyakan bernama ‘kegagalan’, ketika kegagalan itu muncul dalam hidup kita, hal itu membuat kita lupa, brutal, dan tidak sadarkan diri bahwa disana ada Yang Maha Tunggal pengatur terhebat dalam skenario kehidupan seluruh alam semesta. Janganlah berkecil hati apalagi frustasi hingga sampai bunuh diri. Tenangkanlah diri terlebih dahulu dan lepaskan sejenak rutinitas yang selama ini ternyata malah menjadikan kita boneka tali yang seakan menari namun sejatinya terkendali oleh aktifitas diluar proses kealamian yang di gariskan oleh Tuhan. Setiap keringat yang mengucur dari dalam tubuh kita dalam mewujudkan ambisi tidak rasional itu, tetap kita tidak diwajibkan untuk menyabet gelar ‘kesuksesan’. Tuhanlah sang maha segala-galanya penentu akhir dari gerak aktifitas alami yang kita lakukan. Jika kita telah melakukan yang terbaik, terkadang kita harus berdamai dengan diri kita sendiri dan mencoba bertamasya dalam ketenangan religi. Bukan hanya dengan menangis diatas kain lusuh disudut ruangan, namun ketenangan religi juga dapat kita rasakan dengan melemaskan otot-otot ketegangan disekujur tubuh kita dengan lebih pada bagaimana caranya kita berdiskusi dengan hati yang ada di dalam diri, karena hatilah yang mampu menenangkan hati itu sendiri. Ikhlas dan gagah menerima ketetapan Yang Maha Menetapkan. Hidupkanlah saklar cahaya dalam hidup kita, agar tidak terlalu lama berjalan dalam lorong kegelapan yang kita buat sendiri. Semoga Tuhan menganugerahi kita dengan keberkahan hidup di dunia dan di akhirat. Jakarta, 16 Maret 2014 Lantai 4 Gedung DPP SARBUMUSI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar