Syahadat Membangkitkan Amanat
Oleh : Dzulfikar Rezky. SH
Oleh : Dzulfikar Rezky. SH
Setiap kali seseorang di lantik menjadi
pejabat(birokrat), tentulah ia di tuntut berjanji untuk menegakkan amanatnya,
seperti menjalankan tugas sebagai pelayan rakyat, pengatur kebijakan yang adil untuk
umat, tidak akan menerima dan meminta sesuatu dari orang lain yang berhubungan
dengan jabatannya, atau tidak melakukan perbuatan tercela yang merugikan
masyarakat. Namun sepertinya janji-janji itu hanya numpang lewat saja di ujung
bibir para birokrat.
Budaya petunjuk atau sabdo pandito ratu tidak boleh di jadikan sebagai dalil acuan oleh
kalangan birokrat, karena birokrat juga manusia yang punya hak berkreasi dan
menunjukkan independensinya dalam bernegara. Mereka perlu di beri kesempatan
secara demokratis untuk menjadi manusia-manusia bebas yang bisa menjalin
hubungan dengan masyarakat secara pluralistik, termasuk memahami dan membedah
kondisi riil yang dialami oleh korban bencana.
Budaya petunjuk yang bercorak mendikte dan
meregulasi secara repersif terhadap kinerja birokrat merupakan pola
penggiringan kearah pemiskinan atau penindasan korban bencana alam. Semestinya
birokrat ini bisa menunjukkan kreatifitasnya dalam menangani korban bencana
secara langsung dan tepat sasaran, akan tetapi karena masih harus menunggu
datangnya petunjuk yang terlalu lama, akhirnya korban bencana ini semakin
terpuruk mengenaskan.
Di negeri kaya bencana ini seharusnya tidak punya
birokrat yang miskin mentalitas kerja, apalagi sampai suka menjadikan
birokrasinya sebagai bencana tersendiri bagi kehidupan masyarakat, karena jika
birokratnya demikian, maka yang kita saksikan adalah potret makro kehidupan
paradok yang serba tidak manusiawi, tidak berkeadaban, dan marak
praktik-praktik kebinatangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar